
detikTravel Community -
Ranu Kumbolo, danau cantik di Gunung Semeru ini namanya sudah terkenal seantero negeri. Tak ada traveler yang sangsi akan keindahan tempat ini. Ranu Kumbolo sudah jadi bukti nyata kecantikan alam Indonesia.

Siapa yang tak kenal danau yang satu ini? Namanya begitu populer di kalangan para pendaki, ditambah lagi saat turut dipublikasikan tentang keindahannya, melalui sebuah film laris berjudul '5 cm'.
Semua orang langsung tersengat untuk ikut menikmatinya.
Bersanding dengan nama besar Gunung Semeru, Ranu Kumbolo bak cermin alam nan eksotis di tanah air kita, Indonesia!
Bagi pemula seperti saya, memulai perjalanan pada siang hari dari desa terkahir Ranu Pani, sampai ke Ranu Kumbolo, lumayan menyita banyak keringat. Perjalanan yang dilalui pun lumayan panjang lho traveler. Itulah mengapa pentingnya mengetahui medan atau track yang akan dilalui sebelum memulai perjalanan. Sehingga traveller bisa mempersiapkan fisik dan mental terlebih dahulu.
Tapi percayalah, segala lelah dan keringat itu tak sebanding dengan apa yang akan kita dapati di sepanjang perjalanan. Hmm, menelusuri jalan setapak dengan rindangnya pepohonan di sisi kanan dan kiri membuat nafas serasa begitu lega. Tak ada salahnya berhenti sejenak untuk beristirahat dan mengatur nafas di beberapa pos yang tersedia di jalur pendakian.
Sembari mengisi tenaga cobalah untuk menikmati suara khas dari alam, misalnya suara dedaunan yang terhempas angin, kicauan burung, suara serangga dan lain-lain. Begitu meneduhkan pasti.
Pendakian Gunung Semeru waktu itu memang sedang ramai-ramainya. Sehingga di sepanjang perjalanan kita sangat dimungkinkan bertemu atau berpapasan dengan pendaki lainnya dari arah yang berlawanan maupun sebaliknya. Terpesona akan keindahan alam sekitar sudah pasti, tapi yang khas itu saat kita berjumpa dengan para pendaki lainnya. Bayangkan saja, bertatap muka atau berkenalan saja belum pernah sebelumnya.
Akan tetapi, untuk saling memberi semangat antara satu pendaki dan pendaki lainnya, dapat begitu ringan untuk diucapkan. Aneh memang, tapi percayalah, meski hanya sekedar sapaan, tapi seolah itu semua dapat meningkatkan semangat kita berpuluh puluh kali lipat. Luar biasa bukan? Itulah keajaiban alam.
Alam tak hanya menawarkan keindahan semata untuk bisa dinikmati, tapi juga memberikan pelajaran moral yang tak mudah kita dapatkan di zaman yang serba canggih dan modern ini. Bahwa tak ada yang patut disombongkan karena saat kita berada di alam bebas, kita bukanlah siapa siapa, begitu kecil dan tak berarti. Jadi tetaplah rendah hati.
Perjalanan panjang sekitar 5 jam lebih ternyata sudah hampir dilalui. Mulai dari langit terang hingga kini telah berubah jadi gelap. Hawa dingin khas pegunungan pun begitu khas terasa dengan seringnya angin berhembus. Terpampang jelas bahwa perjalanan sudah hampir sampai di Ranu Kumbolo dengan banyaknya tenda-tenda para pendaki yang menghiasi seputaran danau.
Keindahanannya seakan berkolaborasi dengan langit malam yang begitu penuh dengan bintang bertaburan. Rasakan betapa indahnya malam waktu itu, kita
bisa menikmati hamparan langit yang serasa tak berujung tanpa ada penghalang gedung-gedung bertingkat, tanpa ada suara bising kendaraan bermotor dan lalu lalang angkutan kota.
Tak ingin berlama-lama akhirnya kami putuskan untuk segera bergegas menuju pos Ranu Kumbolo. Bergabung dengan pendaki lainnnya yang sudah tiba lebih dulu. Setelah tenda selesai didirikan, kami lantas menata barang bawaan dan mempersiapkan tempat untuk beristirahat. Tak lupa segelas jahe hangat sebagai penutup perjalanan panjang hari itu.
Rasanya waktu istirahat berlalu begitu cepat, tanda kini hari telah berganti. Padahal matahari pun belum secara resmi mendeklarasikan sinarnya untuk kami pagi itu. Tapi tampaknya di luar tenda suasana sudah begitu ramai. Ah, rasanya enggan beranjak dari nyamannya sleeping bag ini. Dingin ini membuat saya ingin lebih berlama-lama di dalam tenda. Tapi tunggu! Berfikir ulang untuk menunggu dingin hilang di daerah pegunungan itu seperti menunggu garam hilang dari luasnya lautan bukan?
Akhirnya dengan segala keberanian bak pahlawan bertopeng di film kartun Sinchan, saya keluar dari tenda untuk bisa melihat keadaan sekitar. Seketika saya keluar, yang terlihat saat itu adalah langit pagi di atas danau Ranu Kumbolo dengan sang mentari yang mengintip malu-malu. Begitu menakjubkan bisa melihat matahari terbit di antara barisan bukit yang berdiri.
Pesona Ranu Kumbolo tidak berhenti sampai di situ saja. Saat matahari mulai tinggi traveller bisa melihat kilauan cahaya yang dipantulkan oleh beningnya air Ranu Kumbolo. Saking beningnya air disini sehingga nampak bak cermin raksasa yang merefleksikan keindahan alam sekitar.
Terimakasih Tuhan untuk kesempatan ini, ijinkan kami untuk bisa menjaga apa yang telah KAU anugerahkan pada negeri tercinta kami ini. Semoga kelak keindahan Ranu Kumbolo tetap terpelihara dan lestari. Sampai jumpa Ranu Kumbolo, terimakasih Indonesia. Kami bangga bisa menjadi bagian dari-mu!
0 komentar:
Posting Komentar