Pages

Labels

alam (6) animals (5) cartoon (2) ilmiah (12) indonesia (5) islam (8) karyaku (5) kesehatan (2) kuliner (15) musik (5) pelajaran (5) psikologi (6) sastra (4) sports (4) world (4)

Rabu, 01 Juli 2020

Teori Belajar Ivan Pavlov


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ivan Petrovich Pavlov merupakan ahli psikologi dan tokoh behaviorisme asal Rusia yang memperkenalkan Teori Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning). Teori ini disebut klasik karena merupakan penemuan bersejarah dan secara kebetulan, Conditioning refleks (Psychic refleks) ditemukan Pavlov pada saat belajar proses pencernaan pada anjing. Ia mengamati air liur anjing keluar tidak hanya saat sedang makan, tetapi juga ketika melihat makanan.
Classical Conditioning merupakan suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme untuk membentuk hubungan stimulus-respons dengan proses penguatannya. Proses penguatan ini diperkuat oleh  suatu situasi yang dikondisikan dan dilakukan secara berulang-ulang.
Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan. Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov mengadakan ekperimen dengan melatih anjing untuk mengeluarkan air liur dalam merespons bunyi bel.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Siapakah Ivan Pavlov dan bagaimana perjalanan hidupnya?
2.      Apa saja eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan Pavlov?
3.      Bagaimana struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian menurut Pavlov?
4.      Apa saja Hukum-hukum Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov?
5.      Bagaimana Prinsip – Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi tanggung jawab dalam mengerjakan tugas psikologi kepribadian, kami juga memiliki tujuan lain, yaitu :
1.      Untuk mengetahui lebih dalam sosok Ivan Pavlov dan karya-karya beliau.
2.      Untuk mengetahui eksperimen-eksperimen serta struktur dan dinamika kepribadian apa saja yang ada dalam Teori Belajar yang dikemukakan Pavlov.
3.      Untuk mengetahui struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian Teori Belajar Pavlov.
4.      Untuk mengetahui hukum-hukum Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov.
5.      Untuk mengetahui Prinsip – Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Biografi Ivan Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir di Rayzan, Rusia, pada 18 September 1849 dan meninggal di Leningrad pada 27 Februari 1936. Awalnya, Pavlov berencana menjadi pendeta, mengikuti jejak Ayahnya, namun ia berubah pikiran dan memutuskan untuk menekuni bidang fisiologis.
Sebenarnya, Pavlov bukanlah seorang ahli psikologi karena ia adalah sarjana ilmu faal yang fanatik. Cara berfikirnya, sepenuhnya adalah cara berfikir ilmu faal dan ia sangat anti terhadap psikologi karena dianggap kurang ilmiah. Dalam penelitian-penelitiannya, Pavlov selalu menghindari konsep-konsep maupun istilah-istilah psikologi. Kendati demikian, peranan Pavlov dalam bidang psikologi sangat penting karena studinya mengenai refleks-refleks merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviorisme. Pandangannya yang paling penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain merupakan rangkaian refleks-refleks belaka. Oleh karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis kita cukup mempelajari refleks-refleks saja.
Pada mulanya, Pavlov belajar ilmu faal hewan kemudian belajar ilmu Kedokteran di Universitas St. Petersburg. Pada tahun 1883, ia mendapat Ph.D setelah mempertahankan thesisnya mengenai fungsi otot-otot jantung. Dua tahun berikutnya, ia belajar di Leipzig dan Breslau. Pada tahun 1890-1924 ia menjadi profesor Farmakologi Akademi Kedokteran Militer dan Direktur Departemen Ilmu Faal Institute of Experimental Medicine di St. Petersburg. Dan pada tahun 1924-1936, ia menjadi Direktur Lembaga Ilmu Faal di Akademi Rusia Leningrad.
Keahlian Pavlov dalam bidang fisiologi sangat mempengaruhi eksperimen-eksperimennya. Dalam ekperimen yang menjadikan anjing sebagai bahan penelitiannya, ia  melihat bahwa anjing mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Dia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan suatu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan Teori Classical Conditioning. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan – the unconditioned / unlearned stimulus – stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan dengan bel (bunyi bel – the conditional / learned stimulus – stimulus yang dikondisikan atau diajarkan), maka bunyi bel akan menghasilkan respon yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan.
Karya tulis Pavlov adalah Work of Digestive Glands (1902) dan Conditioned reflexes (1904) yang menghantarkannya memperoleh hadiah Nobel di bidang phychology or medicine. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik Amerika dan menjadi dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Bahkan, American Psychological Association (APA) mengakui bahwa Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern disamping Freud.
2.2  Eksperimen-Eksperimen Pavlov
Pada tahun terakhir abad 19 dan abad 20, Pavlov dan kawan-kawan mempelajari proses pencernaan dalam anjing. Selama penelitian, mereka memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air liur. Dalam eksperimen–eksperimen ini mereka menunjukkan bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air liur. Pavlov melakukan eksperimen dalam bidang psikologi dengan menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.
Berikut adalah beberapa pengertian pokok yang digunakan dalam Teori Pavlov sebagai unsur dalam eksperimennya :
1.      Unconditioned Stimulus (US) = perangsang tak bersyarat; yaitu perangsang yang memang secara alami, secara wajar, dapat menimbulkan respon pada organisme. Misal : makanan yang dapat menimbulkan keluarnya air liur pada anjing.
2.      Conditioned Stimulus (CS) = perangsang bersyarat yaitu perangsang secara alami, tidak menimbulkan respon. Misal : bunyi bel, melihat piring, mendengar langkah orang yang biasa memberi makanan.
3.      Unconditined Response (UR) = respon tak bersyarat yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat (Unconditioned Stimulus = US)
4.      Conditioned Response (CR) = respon bersyarat yaitu respons yangditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat (Conditioned Stimulus)
Langkah – langkah eksperimen yang dilakukan Pavlov yaitu sebagai berikut:
1.      Anjing dioperasi kelenjar ludahnya sehingga memungkinkan untuk mengukur dengan teliti air ludah yang keluar dengan pipa sebagai respons terhadap perangsang makanan (berupa serbuk daging) yang disodorkan ke mulutnya. Eksperimen Pavlov diulang beberapa kali hingga akhirnya diketahui bahwa air liur sudah keluar sebelum makanan sampai ke mulut. Artinya, air liur telah keluar saat anjing melihat piring tempat makanan, melihat orang yang biasa memberi makanan bahkan saat mendengar langkah orang yang biasa memberi makanan. Dengan demikian, keluarnya air liur karena ada perangsang makanan merupakan suatu yang wajar. Namun, keluarnya air liur karena anjing melihat piring, orang atau bahkan langkah seseorang merupakan suatu yang tidak wajar. Artinya, dalam keadaan normal, air liur anjing tidak akan keluar hanya karena melihat piring makanan, orang yang biasa memberi makanan dan mendengar langkah-langkah orang yang biasa memberi makanan. Piring tempat makanan, orang dan langkah orang yang biasa memberi makanan merupakan tanda atau signal. Dalam eksperimennya, tanda atau signal selalu diikuti datangnya makanan. Berkat latihan-latihan selama eksperimen, anjing akan mengeluarkan air liurnya bila melihat atau mendengar signal-signal yang persis sama dengan signal-signal yang digunakan dalam eksperimen. Apabila dikaji secara mendalam menurut psikologi, refleks bersyarat merupakan hasil belajar atau latihan. Namun, sebagai seorang ahli fisiologi, Pavlov tidak tertarik pada masalah tersebut karena lebih tertarik pada masalah fungsi otak. Dengan mendapatkan refleks bersyarat, Pavlov berkeyakinan bahwa ia telah menemukan sesuatu yang baru di bidang fisiologi. Dia ingin mengetahui proses terbentuknya refleks bersyarat melalui penyelidikan mengenai fungsi otak secara tidak langsung.
2.      Dalam usahanya memahami fungsi otak, Pavlov mengulangi eksperimen seperti di atas dengan variasi. Adapun langkah eksperimennya adalah :
a.       Anjing dibiarkan lapar, Pavlov membunyikan bel dan anjing mendengarkannya. Variasi lain dilakukan dengan nyala lampu dalam kamar gelap dan anjing memperhatikan lampu menyala. Setelah bel berbunyi atau lampu menyala 30 detik, makanan diberikan reflex dan terjadilah reflex pengeluaran.
b.      Percobaan tersebut diulang berkali-kali dengan jarak 15 menit.
c.       Setelah diulang 32 kali, bunyi bel atau nyala lampu dimatikan.
Dalam eksperimen diatas, ada beberapa hal yang bisa diterangkan, yaitu :
1)      Bunyi bel/nyala lampu merupakan conditioning stimulus (CS) dan makanan merupakan Unconditioning stimulus (US)
2)      Keluarnya air liur kerena bunyi bel/nyala lampu merupakan conditioning reflex (CR) dan keluarnya air liur anjing karena ada makanan unconditioning reflex (UR)
3)      Makanan yang diberikan setelah air liur disebut pengaruh yang diperkuat reflex bersyarat dan memberikan respon lebih kuat dibandingkan respon bersyarat.
Eksperimen-eksperimen selanjutnya bertujuan mengetahui apakah refleks bersyarat yang telah dibentuk dapat hilang atau dihilangkan. Melalui semua eksperimen, Pavlov menyimpulkan bahwa refleks bersyarat yang dibentuk dapat hilang atau dihilangkan jika perangsang/sinyal yang membentuknya telah hilang serta melakukan persyaratan kembali (reconditioning).
Eksperimen lain dari Pavlov bertujuan mengetahui kemampuan binatang dalam membedakan bermacam-macam perangsang agar menolong kemajuan studi tentang belajar.
Kesimpulan dari eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan Pavlov dengan anjing sebagai penelitiannya yaitu : Gerakan-gerakan refleks dapat dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan. Refleks sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Refleks wajar (unconditioned reflex) dimana keluar air liur ketika melihat makanan dan Refleks bersyarat/refleks yang dipelajari (conditioned reflex) dimana air liur keluar kerena menerima / beraksi terhadap warna sinar tertentu atau terhadap suatu bunyi tertentu.
2.3  Struktur, Dinamika, dan Perkembangan Kepribadian Menurut Pavlov
·         Struktur kepribadian menurut Pavlov terbagi atas :
1.      Tingkah laku Responden (Responden Behavior), yaitu respons yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berdasarkan respons yang diberikan, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan.
2.      Tingkah laku Operan (Operant behavior) yaitu respons yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respons itu. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respons mana yang akan dipakai untuk menanggapi suatu stimulus.
Struktur kepribadian tergantung pada respons/stimulus yang diberikan oleh seseorang. Semakin besar stimulus/penguatan yang diberikan maka respons yang diterima semakin kuat.
·         Dinamika dan Perkembangan kepribadian Menurut Pavlov
Pavlov yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungan yang terus menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah penguatan, maksudnya dengan diberikan penguatan-penguatan yang positif, maka tingkah laku seseorang akan bisa berubah dan terkontrol dengan baik.
Suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi pada masa yang akan datang. Manusia dan binatang dapat dilatih melakukan semua jenis tingkah laku dimana semua konsekuensi atau penguatan yang tersedia di lingkungan dapat diubah dan diatur sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Strategi pada dasarnya ada dua, yaitu :
1.      Conditioning Klasik, disebut juga dengan conditioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus respon yang bersifat refleks.
2.      Conditioning Operan, tidak tergantung kepada tingkah laku otomatis atau refleks sehingga jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan conditioning klasik. 
Menurut Pavlov, tingkah laku seseorang dapat diubah melalui stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang tersebut sehingga menimbulkan respons yang sesuai dengan stimulus tersebut.
2.4  Hukum-hukum Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov
Dalam eksperimen behavioris Pavlov, makanan merupakan stimulus yang tidak dikondidikan paradigm pengkodisian klasik (unconditioned stimulus, US). Setiap anjing ditaruh dalam ruangan gelap yang diberikan lampu kecil diatasnya. Beberapa saat setelah itu makanan diletakkkan dimulut anjing untung membangkitkan refleks air liur. Eksperimen itu diulang beberapa kali yang membuat anjing mangeluarkan air liur hanya kerena lampu dinyalakan. Oleh karena itu anjing dapat dikatakan telah dikondisikan untuk merespons cahaya. Cahaya lampu itu merupakan stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus). Serta air liur terhadap makanan disebut refleks yang tidak dikondisikan (unconditioned reflex) sedangkan air liur terhadap cahaya disebut refleks yang dikondisikan (conditioned reflex). Inilah yang disebut pengkondisian klasik (classical conditioning).
Kesimpulan dari eksperimen yang dilakukan Pavlov akan sangat sulit memperoleh pengkondisian jika stimulus yang dikondisiskan (CS) dilakukan sebelum stimulus yang tidak dikondisikan (US).
Dari hasil eksperimennya, Pavlov menemukan beberapa hukum, antara lain:
1.      Kepunahan atau penghapusan atau pemadaman (extinction)
Penghapusan berlaku apabila rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan yang tidak terlazim yang membuat organisme/individu tidak akan bertindak. Respons akan tetap ada selama rangsangan bersyarat diberikan dan dipasangkan dengan rangsangan yang tak bersyarat. Namun jika rangsangan bersyarat memberikan respon bersyarat menjadi berkurang dan tidak terlihat kejadian itu disebut dengan pemadaman (extinction). Sekali diciptakan stimulus yang dikondisikan tidak pasti bekerja selamanya meskipun Pavlov membuat cahaya sebagai stimulus yang dikondisikan bagi keluarnya air liur cahaya juga dapat kehilangan efeknya jika lampu dinyalakan beberapa kali tanpa memberikan makanan kepada anjing. Tetesan air liur semakin berkurang sampai akhirnya tidak keluar sama sekali.
Pada saat kepunahan terjadi, Pavlov menemukan pemulihan spontan, jika refleks yang dikondisikan tempatnya hilang. Dalam sebuah eksperimen Pavlov membuat anjing mengeluarkan air liur jika melihat makanan (CS). Kemudian CS disajikan dalam interval tiga menit sebanyak 6 kali percobaan. Pada percobaan keenam, anjing tidak mengeluarkan air liur lagi. Memperlihatkan bahwa respons sudah mengalami kepunahan. Setelah 2 jam istirahat
penyajian CS dapat kembali menghasilkan banyak air liur. Artinya respons menunjukkan suatu pemulihan spontan. Namun apabila ekasperimen dilanjutkan tanpa ada jeda waktu untuk memperbaiki CS menjadi US maka efek pemulihan spontan akan hilang selamanya.
2.      Generalisasi Stimulus (stimulus generalization)
Rangsangan yang sama menghasilkan tindak balas yang sama. Rangsangan dengan bunyi lonceng yang berlainan nada, anjing tetap mengeluarkan air liur. Hal ini menunjukkan bahwa organisme telah terlazim, rangsangan yang tak terlazim menghasilkan respons yang terlazim. Walaupun rangsangannya berbeda atau hampir sama. Awalnya, refleks dikondisikan hanya untuk satu stimulus ternyata bukan hanya stimulus itu yang dapat memunculkan. Contohnya seekor anjing yang dikondisikan mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel tertentu akan mengeluarkan air liur juga terhadap bunyi lain. Respons ini dihasilkan menurut derajat kemiripan dengan stimulus awal yang dikondisikan (CS orisinil). Generalisasi stimulus ini dapat diamati kerana proses filosofis yang dinamai oleh Pavlov dengan pemancaran (irradiation). Stimulus awal merangsang bagian tertentu otak dan kemudian menyebar atau memencar kebagian otak yang lain. Suatu makhluk yang dapat mengadakan generalisasi akan dapat melakukan diskriminasi atau perbedaan.
3.      Pemilahan (discrimination)
Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui penguatan dan pemadaman selektif dan berlaku apabila individu berkenaan dapat membedakan atau mendiskriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas.
4.      Tingkat Pengondisian Yang Lebih Tinggi
Pada akhirnya, Pavlov menujukkan bahwa pengkondisian seekor anjing secara solid kepada CS tertentu, maka anjing tersebut bisa menggunakan CS itu untuk dihubungkan kepada stimulus netral. Dalam suatu eksperimen murid – murid Pavlov yang melatih seekor anjing untuk mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel disertai makanan, kemudian memasangkan bunyi bel dengan sebuah papan hitam. Setelah beberapa kali percobaan hanya dengan melihat papan hitam anjing bisa mengeluarkan air liur. Inilah yang disebut pengkondisian
tingkat kedua.
Secara garis besar hukum – hukum belajar menurut Pavlov, diantaranya :
1.      Law Of Respondent Conditioning yaitu hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara stimultan (salah satunya berfungsi sebagai reinforcer).
2.      Law Of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika reflex yang sudah diperkuat melalui Respondent Conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforce maka kekuatannya akan menurun.

2.5  Prinsip – Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov
Prinsip-prinsip belajar menurut Classical Conditioning sebagai berikut:
1.      Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan kebiasaan dengan cara menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2.      Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3.      Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.
4.      Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan. Dengan adanya hubungan, maka CS akan mengaktifkan pusat CS di otak dan selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan akhirnya organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara wajar dihubungkan dengan US.
5.      Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi. Setiap peristiwa di lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua hal tersebut, yang pola tersebut oleh Pavlov disebut Cortical Mosaic. Dan pola ini akan mempengaruhi respons organisme terhadap lingkungan. Namun demikian Pavlov juga menyadari bahwa tingkah laku manusia lebih komplek dari binatang, karena manusia mempunyai bahasa dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku manusia.
BAB III
PENUTUP

Sebagai sebuah teori, Teori Belajar Pavlov memiliki kekurangan. Teori ini menganggap bahwa belajar hanya terjadi secara otomatis, keaktifan dan kehendak pribadi tidak dihiraukan. Teori ini juga terlalu menonjolkan peranan latihan / kebiasaan padahal individu tidak semata-mata tergantung dari pengaruh luar yang menyebabkan individu cenderung pasif karena akan tergantung pada stimulus yang diberikan. Di samping itu, proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan sulit diterima, mengingat perbedaan karakter fisik dan psikis yang berbeda antar keduanya. Oleh karena itu, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja umpamanya dalam belajar mengenai keterampilan tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.

0 komentar:

Posting Komentar