BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ivan
Petrovich Pavlov merupakan ahli psikologi dan tokoh behaviorisme asal Rusia
yang memperkenalkan Teori Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning). Teori ini
disebut klasik karena merupakan penemuan bersejarah dan secara kebetulan,
Conditioning refleks (Psychic refleks) ditemukan Pavlov pada saat belajar
proses pencernaan pada anjing. Ia mengamati air liur anjing keluar tidak hanya
saat sedang makan, tetapi juga ketika melihat makanan.
Classical
Conditioning merupakan suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme untuk
membentuk hubungan stimulus-respons dengan proses penguatannya. Proses
penguatan ini diperkuat oleh suatu
situasi yang dikondisikan dan dilakukan secara berulang-ulang.
Pavlov
beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan
manipulasi lingkungan. Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov mengadakan
ekperimen dengan melatih anjing untuk mengeluarkan air liur dalam merespons
bunyi bel.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Siapakah Ivan Pavlov dan bagaimana
perjalanan hidupnya?
2.
Apa saja eksperimen-eksperimen yang
telah dilakukan Pavlov?
3.
Bagaimana struktur, dinamika, dan
perkembangan kepribadian menurut Pavlov?
4.
Apa saja Hukum-hukum Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov?
5.
Bagaimana Prinsip – Prinsip Teori
Belajar Classical Conditioning Pavlov?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi
tanggung jawab dalam mengerjakan tugas psikologi kepribadian, kami juga
memiliki tujuan lain, yaitu :
1.
Untuk mengetahui lebih dalam sosok
Ivan Pavlov dan karya-karya beliau.
2.
Untuk mengetahui eksperimen-eksperimen
serta struktur dan dinamika kepribadian apa saja yang ada dalam Teori Belajar
yang dikemukakan Pavlov.
3.
Untuk mengetahui struktur, dinamika,
dan perkembangan kepribadian Teori Belajar Pavlov.
4.
Untuk mengetahui hukum-hukum Teori Belajar Classical
Conditioning Pavlov.
5.
Untuk mengetahui Prinsip – Prinsip Teori Belajar Classical
Conditioning Pavlov.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Ivan Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir di
Rayzan, Rusia, pada 18 September 1849 dan meninggal di Leningrad pada 27
Februari 1936. Awalnya, Pavlov berencana menjadi pendeta, mengikuti jejak
Ayahnya, namun ia berubah pikiran dan memutuskan untuk menekuni bidang
fisiologis.
Sebenarnya, Pavlov bukanlah seorang
ahli psikologi karena ia adalah sarjana ilmu faal yang fanatik. Cara
berfikirnya, sepenuhnya adalah cara berfikir ilmu faal dan ia sangat anti
terhadap psikologi karena dianggap kurang ilmiah. Dalam
penelitian-penelitiannya, Pavlov selalu menghindari konsep-konsep maupun
istilah-istilah psikologi. Kendati demikian, peranan Pavlov dalam bidang
psikologi sangat penting karena studinya mengenai refleks-refleks merupakan
dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviorisme. Pandangannya yang paling
penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain merupakan rangkaian
refleks-refleks belaka. Oleh karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis
kita cukup mempelajari refleks-refleks saja.
Pada mulanya, Pavlov belajar ilmu
faal hewan kemudian belajar ilmu Kedokteran di Universitas St. Petersburg. Pada
tahun 1883, ia mendapat Ph.D setelah mempertahankan thesisnya mengenai fungsi
otot-otot jantung. Dua tahun berikutnya, ia belajar di Leipzig dan Breslau.
Pada tahun 1890-1924 ia menjadi profesor Farmakologi Akademi Kedokteran Militer
dan Direktur Departemen Ilmu Faal Institute of Experimental Medicine di St.
Petersburg. Dan pada tahun 1924-1936, ia menjadi Direktur Lembaga Ilmu Faal di
Akademi Rusia Leningrad.
Keahlian Pavlov dalam bidang
fisiologi sangat mempengaruhi eksperimen-eksperimennya. Dalam ekperimen yang
menjadikan anjing sebagai bahan penelitiannya, ia melihat bahwa anjing mengeluarkan air liur
sebagai respons atas
munculnya makanan. Dia kemudian mengeksplorasi fenomena ini
dan kemudian mengembangkan suatu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan,
yang dikenal dengan Teori Classical Conditioning. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan –
the
unconditioned
/ unlearned stimulus – stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak
dipelajari) dipasangkan dengan bel (bunyi bel – the conditional / learned
stimulus – stimulus yang dikondisikan atau diajarkan), maka bunyi bel akan
menghasilkan respon yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing
percobaan.
Karya
tulis Pavlov adalah Work of Digestive Glands (1902) dan Conditioned reflexes (1904)
yang menghantarkannya memperoleh hadiah Nobel di bidang phychology or medicine.
Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik Amerika dan
menjadi dasar bagi
penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori
tentang belajar. Bahkan, American Psychological Association (APA) mengakui
bahwa Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern
disamping Freud.
2.2 Eksperimen-Eksperimen Pavlov
Pada
tahun terakhir abad 19 dan abad 20, Pavlov dan kawan-kawan
mempelajari proses pencernaan dalam anjing. Selama penelitian,
mereka memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran
air liur. Dalam eksperimen–eksperimen ini mereka menunjukkan bagaimana
belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan
tidak dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air liur. Pavlov melakukan eksperimen dalam
bidang psikologi dengan menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.
Berikut
adalah beberapa pengertian pokok yang digunakan dalam Teori
Pavlov sebagai unsur dalam eksperimennya :
1.
Unconditioned Stimulus (US) =
perangsang tak bersyarat; yaitu perangsang yang memang secara alami, secara wajar, dapat menimbulkan
respon pada organisme. Misal : makanan yang dapat menimbulkan keluarnya air liur
pada anjing.
2.
Conditioned Stimulus (CS) =
perangsang bersyarat yaitu perangsang secara alami, tidak menimbulkan respon. Misal :
bunyi bel, melihat piring, mendengar langkah orang yang biasa memberi makanan.
3.
Unconditined Response (UR) = respon
tak bersyarat yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat
(Unconditioned Stimulus = US)
4.
Conditioned Response (CR) = respon bersyarat yaitu
respons yangditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat (Conditioned Stimulus)
Langkah
– langkah eksperimen yang dilakukan Pavlov yaitu sebagai
berikut:
1.
Anjing dioperasi kelenjar ludahnya sehingga
memungkinkan untuk mengukur dengan teliti air ludah yang keluar dengan pipa
sebagai respons
terhadap perangsang makanan (berupa serbuk daging) yang disodorkan ke
mulutnya. Eksperimen Pavlov diulang beberapa kali hingga
akhirnya diketahui bahwa air liur sudah keluar sebelum makanan
sampai ke mulut. Artinya, air liur telah keluar saat anjing melihat piring
tempat makanan, melihat orang yang biasa memberi makanan
bahkan saat mendengar langkah orang yang biasa memberi makanan.
Dengan demikian, keluarnya air liur karena ada perangsang makanan
merupakan suatu yang wajar. Namun, keluarnya air liur karena
anjing melihat piring, orang atau bahkan langkah seseorang merupakan
suatu yang tidak wajar. Artinya, dalam keadaan normal, air liur
anjing tidak akan keluar hanya karena melihat piring makanan,
orang yang biasa memberi makanan dan mendengar langkah-langkah
orang yang biasa memberi makanan. Piring tempat makanan,
orang dan langkah orang yang biasa memberi makanan merupakan
tanda atau signal. Dalam eksperimennya, tanda atau
signal selalu diikuti datangnya makanan. Berkat
latihan-latihan selama eksperimen, anjing akan mengeluarkan air
liurnya bila melihat atau mendengar signal-signal yang persis sama
dengan signal-signal yang digunakan dalam eksperimen. Apabila
dikaji secara mendalam menurut psikologi, refleks bersyarat
merupakan hasil belajar atau latihan. Namun, sebagai seorang
ahli fisiologi, Pavlov tidak tertarik pada masalah tersebut karena
lebih tertarik pada masalah fungsi otak. Dengan mendapatkan refleks
bersyarat, Pavlov berkeyakinan bahwa ia telah menemukan sesuatu
yang baru di bidang fisiologi. Dia ingin mengetahui proses terbentuknya
refleks bersyarat melalui penyelidikan mengenai fungsi otak
secara tidak langsung.
2.
Dalam usahanya memahami fungsi otak,
Pavlov mengulangi eksperimen seperti di atas dengan variasi. Adapun langkah
eksperimennya adalah :
a.
Anjing dibiarkan lapar, Pavlov membunyikan bel dan
anjing mendengarkannya. Variasi lain dilakukan dengan nyala lampu dalam kamar
gelap dan anjing memperhatikan lampu menyala. Setelah bel berbunyi
atau lampu menyala 30 detik, makanan diberikan reflex dan terjadilah
reflex pengeluaran.
b.
Percobaan tersebut diulang berkali-kali dengan jarak
15 menit.
c.
Setelah diulang 32 kali, bunyi bel atau nyala lampu
dimatikan.
Dalam
eksperimen diatas, ada beberapa hal yang bisa diterangkan,
yaitu :
1)
Bunyi bel/nyala lampu merupakan conditioning stimulus (CS) dan
makanan merupakan Unconditioning stimulus (US)
2)
Keluarnya air liur kerena bunyi bel/nyala lampu merupakan
conditioning reflex (CR) dan keluarnya air liur anjing karena
ada makanan unconditioning reflex (UR)
3)
Makanan yang diberikan setelah air
liur disebut pengaruh yang diperkuat reflex bersyarat dan memberikan respon lebih kuat
dibandingkan respon bersyarat.
Eksperimen-eksperimen
selanjutnya bertujuan mengetahui apakah refleks bersyarat yang telah dibentuk
dapat hilang atau dihilangkan. Melalui semua eksperimen, Pavlov menyimpulkan
bahwa refleks bersyarat yang dibentuk dapat hilang atau dihilangkan jika
perangsang/sinyal yang membentuknya telah hilang serta melakukan persyaratan
kembali (reconditioning).
Eksperimen
lain dari Pavlov bertujuan mengetahui kemampuan binatang
dalam membedakan bermacam-macam perangsang agar menolong
kemajuan studi tentang belajar.
Kesimpulan
dari eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan Pavlov dengan anjing sebagai
penelitiannya yaitu : Gerakan-gerakan refleks dapat dipelajari dan dapat
berubah karena mendapat latihan. Refleks sendiri dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu Refleks wajar (unconditioned reflex) dimana keluar
air liur ketika melihat makanan dan Refleks bersyarat/refleks
yang dipelajari (conditioned reflex) dimana air
liur keluar kerena menerima / beraksi terhadap warna sinar tertentu atau
terhadap suatu bunyi tertentu.
2.3
Struktur, Dinamika, dan
Perkembangan Kepribadian Menurut Pavlov
·
Struktur kepribadian menurut Pavlov terbagi atas :
1.
Tingkah
laku Responden (Responden Behavior), yaitu respons yang dihasilkan
organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berdasarkan respons yang diberikan,
seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan.
2.
Tingkah
laku Operan (Operant behavior) yaitu respons yang dimunculkan organisme
tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respons itu.
Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respons mana yang akan dipakai
untuk menanggapi suatu stimulus.
Struktur kepribadian tergantung
pada respons/stimulus yang diberikan oleh seseorang. Semakin besar
stimulus/penguatan yang diberikan maka respons yang diterima semakin kuat.
·
Dinamika
dan Perkembangan kepribadian Menurut Pavlov
Pavlov yakin bahwa kepribadian
dapat dipahami dengan mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungan yang terus
menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol
tingkah laku adalah penguatan, maksudnya dengan diberikan penguatan-penguatan
yang positif, maka tingkah laku seseorang akan bisa berubah dan terkontrol
dengan baik.
Suatu strategi kegiatan yang
membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi pada masa yang akan
datang. Manusia dan binatang dapat dilatih melakukan semua jenis tingkah laku
dimana semua konsekuensi atau penguatan yang tersedia di lingkungan dapat
diubah dan diatur sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Strategi pada dasarnya ada dua,
yaitu :
1.
Conditioning
Klasik, disebut juga dengan conditioning responden karena tingkah laku
dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus respon yang bersifat refleks.
2.
Conditioning
Operan, tidak tergantung kepada tingkah laku otomatis atau refleks sehingga
jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan conditioning klasik.
Menurut Pavlov, tingkah laku
seseorang dapat diubah melalui stimulus-stimulus yang diberikan kepada
seseorang tersebut sehingga menimbulkan respons yang sesuai dengan stimulus
tersebut.
2.4
Hukum-hukum Teori
Belajar Classical Conditioning Pavlov
Dalam
eksperimen behavioris Pavlov, makanan merupakan stimulus yang
tidak dikondidikan paradigm pengkodisian klasik (unconditioned
stimulus, US). Setiap anjing ditaruh dalam ruangan gelap yang
diberikan lampu kecil diatasnya. Beberapa saat setelah itu makanan
diletakkkan dimulut anjing untung membangkitkan refleks air liur.
Eksperimen itu diulang beberapa kali yang membuat anjing mangeluarkan
air liur hanya kerena lampu dinyalakan. Oleh karena itu anjing dapat
dikatakan telah dikondisikan untuk merespons cahaya. Cahaya lampu
itu merupakan stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus).
Serta air liur terhadap makanan disebut refleks yang tidak dikondisikan
(unconditioned reflex) sedangkan air liur terhadap cahaya disebut
refleks yang dikondisikan (conditioned reflex). Inilah yang disebut pengkondisian
klasik (classical conditioning).
Kesimpulan
dari eksperimen yang dilakukan Pavlov akan sangat sulit memperoleh pengkondisian jika stimulus yang dikondisiskan
(CS) dilakukan sebelum stimulus yang tidak dikondisikan (US).
Dari
hasil eksperimennya, Pavlov menemukan beberapa hukum, antara lain:
1.
Kepunahan atau penghapusan atau pemadaman (extinction)
Penghapusan
berlaku apabila rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan yang tidak
terlazim yang membuat organisme/individu tidak akan bertindak. Respons akan tetap ada selama
rangsangan bersyarat diberikan dan dipasangkan dengan
rangsangan yang tak bersyarat. Namun jika rangsangan bersyarat memberikan
respon bersyarat menjadi berkurang dan tidak terlihat kejadian itu disebut dengan
pemadaman (extinction). Sekali diciptakan stimulus yang dikondisikan
tidak pasti bekerja selamanya meskipun Pavlov membuat cahaya sebagai stimulus yang dikondisikan bagi
keluarnya air liur cahaya juga dapat kehilangan efeknya jika lampu dinyalakan beberapa kali tanpa
memberikan makanan kepada anjing. Tetesan air liur semakin
berkurang sampai akhirnya tidak keluar sama sekali.
Pada
saat kepunahan terjadi, Pavlov menemukan pemulihan spontan, jika refleks yang dikondisikan
tempatnya hilang. Dalam sebuah eksperimen Pavlov membuat anjing mengeluarkan
air liur jika melihat makanan (CS). Kemudian CS disajikan dalam interval tiga menit
sebanyak 6 kali percobaan. Pada percobaan keenam, anjing tidak
mengeluarkan air liur lagi. Memperlihatkan bahwa respons sudah
mengalami kepunahan. Setelah 2 jam istirahat
penyajian CS dapat kembali menghasilkan banyak air liur. Artinya respons menunjukkan suatu pemulihan spontan. Namun apabila ekasperimen dilanjutkan tanpa ada jeda waktu untuk memperbaiki CS menjadi US maka efek pemulihan spontan akan hilang selamanya.
penyajian CS dapat kembali menghasilkan banyak air liur. Artinya respons menunjukkan suatu pemulihan spontan. Namun apabila ekasperimen dilanjutkan tanpa ada jeda waktu untuk memperbaiki CS menjadi US maka efek pemulihan spontan akan hilang selamanya.
2.
Generalisasi Stimulus (stimulus generalization)
Rangsangan
yang sama menghasilkan tindak balas yang sama. Rangsangan dengan bunyi lonceng
yang berlainan nada, anjing tetap mengeluarkan air liur. Hal ini menunjukkan
bahwa organisme telah terlazim, rangsangan yang tak terlazim
menghasilkan respons yang terlazim. Walaupun rangsangannya berbeda atau hampir
sama. Awalnya, refleks dikondisikan hanya untuk satu stimulus ternyata
bukan hanya stimulus itu yang dapat memunculkan. Contohnya
seekor anjing yang dikondisikan mengeluarkan air liur terhadap
bunyi bel tertentu akan mengeluarkan air liur juga terhadap
bunyi lain. Respons ini dihasilkan menurut derajat kemiripan
dengan stimulus awal yang dikondisikan (CS orisinil). Generalisasi stimulus ini
dapat diamati kerana proses filosofis yang dinamai oleh Pavlov dengan pemancaran (irradiation).
Stimulus awal merangsang bagian tertentu otak dan kemudian menyebar
atau memencar kebagian otak yang lain. Suatu makhluk yang dapat mengadakan
generalisasi akan dapat melakukan diskriminasi atau perbedaan.
3.
Pemilahan (discrimination)
Diskriminasi
yang dikondisikan ditimbulkan melalui penguatan dan pemadaman selektif dan
berlaku apabila individu berkenaan dapat membedakan atau mendiskriminasi
antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak
balas.
4.
Tingkat Pengondisian
Yang Lebih Tinggi
Pada
akhirnya, Pavlov menujukkan bahwa pengkondisian seekor anjing
secara solid kepada CS tertentu, maka anjing tersebut bisa
menggunakan CS itu untuk dihubungkan kepada stimulus
netral. Dalam suatu eksperimen murid – murid Pavlov yang melatih
seekor anjing untuk mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel disertai makanan,
kemudian memasangkan bunyi bel dengan sebuah papan hitam. Setelah beberapa kali percobaan
hanya dengan melihat papan hitam anjing bisa mengeluarkan
air liur. Inilah yang disebut pengkondisian
tingkat kedua.
tingkat kedua.
Secara
garis besar hukum – hukum belajar menurut Pavlov, diantaranya :
1.
Law Of Respondent Conditioning yaitu
hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara stimultan
(salah satunya berfungsi sebagai reinforcer).
2.
Law Of Respondent Extinction yakni
hukum pemusnahan yang dituntut. Jika reflex yang sudah diperkuat melalui Respondent
Conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforce maka
kekuatannya akan menurun.
2.5 Prinsip – Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov
Prinsip-prinsip
belajar menurut Classical Conditioning sebagai berikut:
1. Belajar
adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan kebiasaan dengan cara
menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan
perangsang yang lebih lemah.
2.
Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme
dengan lingkungan.
3.
Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada
organisme.
4.
Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US
dan CS akan menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US
lebih dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan
CS
harus
di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan.
Dengan adanya hubungan, maka CS akan mengaktifkan pusat CS di
otak dan selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan akhirnya
organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara wajar dihubungkan
dengan US.
5.
Semua aktifitas susunan syaraf pusat
diatur oleh eksitasi dan inhibisi. Setiap peristiwa di lingkungan organisme akan dipengaruhi
oleh dua hal tersebut, yang pola tersebut oleh Pavlov disebut Cortical
Mosaic. Dan pola ini akan mempengaruhi respons organisme terhadap lingkungan.
Namun demikian Pavlov juga menyadari bahwa tingkah laku manusia
lebih komplek dari binatang, karena manusia mempunyai bahasa dan
hal ini akan mempengaruhi tingkah laku manusia.
BAB III
PENUTUP
Sebagai
sebuah teori, Teori Belajar Pavlov memiliki kekurangan. Teori ini menganggap
bahwa belajar hanya terjadi secara otomatis, keaktifan dan kehendak pribadi
tidak dihiraukan. Teori ini juga terlalu menonjolkan peranan
latihan / kebiasaan padahal individu tidak semata-mata tergantung dari pengaruh
luar yang menyebabkan individu cenderung pasif karena akan
tergantung pada stimulus yang diberikan. Di samping itu, proses belajar
manusia dianalogikan dengan perilaku hewan sulit diterima, mengingat perbedaan
karakter fisik dan psikis yang berbeda antar keduanya.
Oleh karena itu, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu
saja umpamanya dalam belajar mengenai keterampilan tertentu dan
mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.
0 komentar:
Posting Komentar