A.
Sinopsis film
Charlie adalah remaja yang semasa kecil
hingga sekolah menengahnya menjadi siswa yang di bully dan tidak memiliki teman
sama sekali. Ia senang menuliskan segala ceritanya dan bertujuan untuk temannya
yang anonim. Ketika mulai memasuki sekolah tinggi ia bertekad untuk berubah
agar memiliki teman. Ia menghitung ada 1385 hari waktu untuknya memulai hidup
baru. Namun pada hari pertama masuk, ternyata ia juga dibully oleh teman yang
bahkan belum mengenalnya. Pada kelas kesenian ada siswa senior yang bernama
Patrick yang bertingkah menirukan gurunya kemudian ditanya oleh gurunya ia
menjawab nothing, sejak saat itu benyak siswa lain yang memanggilnya nothing.
Patrick adalah siswa senior yang tidak menganggap batasan antara senior junior
sehingga ia berperilaku sama terhadap semua siswa. Pada kelas akhir adalah
pelajaran bahasa inggris, Charlie menulis jawaban dari pertanyaan gurunya Mr.
Anderson namun tidak berani mengangkat tangan untuk menjawab/berpartisipasi.
Mr. Anderson yang menjelaskan sembari berjalan-jalan mengerti bahwa Charlie mampu
namun tidak memiliki sikap untuk berpartisipasi. Ketika kelas selesai Charlie
pun dibully lagi. ia menganggapnya itu biasa dan masih ada 1384 hari lagi
untuknya merasakan hal itu.
Suatu saat ada pertandingan softball Charlie menonton dan ingin menghampiri
Patrick setidaknya untuk berkenalan, kemudian Sam datang, ia adalah sudara tiri
Patrick. Mereka menonton pertandingan bersama kemudian mengantar Charlie
pulang, sejak saat itu mereka berteman. Pada suatu saat Sam dan Patrick
mengajak Charlie unuk pergi ke pesta dan mulai mengenal dunia luar, kemudian
berteman dengan Alice, Bob, Mary Elizabeth. Dari inilah perjalanan kehidupan
Charlie dimulai. Ia mulai mengenal teman, sahabat, cinta, perngorbanan dan
berlajar untuk berpartisipasi.
Hari demi hari berlalu, dari lika-liku
kehidupan pertemanan mereka, dan beberapa peristiwa yang berkesan bagi Charlie.
Sam dan Patrick adalah sahabat yang sangat berpengaruh pada kehidupan remaja
Charlie. Lalu tibalah saatnya mereka, teman senior Charlie lulus dan melanjutkan
perguruan tinggi. Perpisahan sangat dirasakan Charlie apalagi dengan Sam wanita
pertama yang ia cintai yang diterima di Pen State University yang jauh dari
kotanya. Karena tekanan dan perasaan luka dari perpisahan itu menjadi stimulus
bagi Charlie mengingat luka-luka masa lalunya kemudian ia pingsan. Setelah
dibawa kerumah sakit dan diperiksa terapi oleh psikolog diketahui bahwa Charlie memiliki pengalaman
traumatis sejak kecil yang menjadikannya terjebak dalam PTSD (Post Traumatic
Stress Disorder).
B.
Masalah utama
dalam film
Charlie remaja introvert yang
sangat-sangat pendiam dan tidak berani berpartisipasi dalam apapun. Rasa
dibully adalah hal biasa baginya sehingga tidak ada respon. Saat merasakan luka
ia teringat pengalaman traumatisnya saat kecil, yaitu dilecehkan oleh bibinya
sendiri Helen, saat itu adalah malam natal yang juga hari ulang tahun Charlie,
bibi Helen kemudian pergi untuk membelikan kado namun terjadi kecelakaan hingga
menewaskannya. Charlie merasa bersalah dan menganggap bibinya Helen yang ia
sayangi meninggal karenanya. Bibi Helen bertindak melecehkan ponakannya karena
ada masalah dengan suaminya, walaupun begitu sebenarnya Helen adalah orang yang
baik dan Charlie menyayanginya. Setiap natal hingga ia remaja ia selalu
mengingat kejadian itu, dalam artian tidak bisa move on. Perasaan menyesal dan
menganggap bahwa ia yang membunuh bibinya sendiri selalu menjadi bayang-bayang.
Setelah beberapa kenal dan bersahabat dengan Sam, Charlie mengetahui bahwa Sam
juga memiliki pengalaman traumatis yang sama yaitu dilecehkan saat kecil, namun
Sam dilecehkan oleh bos dari ayahnya saat usia 11 tahun. Sejak saat itu Sam
menganggap bahwa dirinya adalah buangan yang tidak berarti apa-apa, ia merasa
hanya orang yang memiliki kepentingan saja yang mau dengan dia. Traumatis itu
menjadikan dia berkarakter sangat ekstrovert dan juga liar dengan hal yang
berhubungan dengan seksual. Kesamaan trauma antara Sam dan Charlie menjadikan
mereka dekat dan saling perhatian, Sam juga
lah yang awal mula mengajak Charlie bersahabat karena tau bahwa ia memiliki
trauma juga yang mengerikan yaitu sahabatnya ketika sekilah menengah menembak
diri sendiri dan kemudia tewas didepan mata Charlie, sepertinya hal itulah yang
membuat Charlie takut untuk berteman. Peristiwa luka yang menjadi puncak dari
gangguan traumatis Charlie adalah saat berpisah dengan Sam yang berangkat untuk
menempuh perguruan tinggi, sahabat sekaligus cinta pertamanya itu sangat
berarti sehingga saat berpisah memberikan patah hati dan luka sangat mendalam
bagi Charlie.
C.
Analisis teori
Charlie yang mengalami
peristiwa traumatis pada waktu kecil mengakibatkan pertumbuhan kepribadian dan
tingkah lakunya sedikit berbeda dengan anak lain biasanya, misalnya anti
sosial, kurang percaya diri, sulit berpartisipasi, dan introvert, juga rasa bersalah
atas kematian bibi Helen. Hal-hal tersebut ia lakukan secara tak sadar dan ia
juga tidak tau apa penyebabnya, ia hanya membatasi atau menahan diri dari
hal-hal yang bisa mengingatkannya dengan peristiwa traumatis itu. Ditambah lagi
dengan pengalaman pertemanannya ketika sekolah menengah, temannya menembak diri
sendiri dan tewas didepan mata Charlie. Hal itu selalu membayangi Charlie,
sehingga ia menahan diri untuk berteman karena takut peristiwa itu terulang
kembali. Karena peristiwa-peristiwa itu Charlie mengalami gangguan stres
traumatis yang kemudian berkembang menjadi gangguan stres akut dengan ciri ;
·
Yang pertama adalah berperilaku
menghindar, dia menjadi anti sosial dan introvert karena menghindari adanya
pengalaman luka yang ditakutkan mengingatkannya pada trauma yang lalu.
·
Yang kedua adalah mengalami kembali
peristiwa traumatis dalam bentuk ingatan, mimpi buruk terus-menerus atau kilas
balik sesaat mengenai lokasi ketika peristiwa itu terjadi. Charlie selalu
mengalami ingatan dan kilas balik saat malam natal tepat pada ketika bibi Helen
pergi akan beli kado. Tempat didepan teras rumah dan dipojok tumpukan salju itu
sangat mengingatkan Charlie.
·
Yang ketiga adalah distres emosional,
pikiran negatif, dan gangguan fungsi. Individu mungkin akan terus mengalami
pikiran dan emosi negatif, merasa terasingkan serta tidak terhubung dengan
lingkungan sekitar, atau kesulitan berfungsi secara efektif, hal ini sangat
dirasakan Charlie dalam hari-harinya pasca trauma itu terjadi dan diperkuat
oleh trauma saat teman satu-satunya bunuh diri dan tewas didepan matanya.
·
Yang keempat adalah mudah terpicu,
Charlie menunjukkan tanda-tanda peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan
seperti menjadi selalu waspada, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi, mudah
marah dan menunjukkan respons berlebihan contohnya pada saat sahabatnya Patrick
dikeroyok di kantin oleh teman-teman dari mantan pacarnya yaitu Brad. Charlie
kehilangan kontrol karena melihat orang terdekatnya dipukuli, lantas ia
langsung membela dan memberi kapok pada teman-teman Brad hingga ketakutan,
bahkan sampai jari-jarinya merah lebam karena memukuli teman Brad.
·
Yang kelima adalah kebas emosi yaitu
merasa dirinya mati rasa dan kehilangan kemampuan untuk merasakan kasih sayang
dan cinta. Hal ini sangat dirasakan Charlie, ia sama sekali tidak pernah merasa
disayangi dan dicintai oleh orang lain misalnya teman atau pacar. Hanya
keluarganya lah yang ia miliki.
Dari
beberapa ciri tadi diketahui bahwa Charlie mengidap gangguan stres akut yang
kemudian berkembang menjadi PTSD karena trauma yang ia alami adalah pernah
dilecehkan dan menyaksikan kematian. Dengan faktor prediksi PTSD pada penderita
trauma antara lain sebagai berikut ;
·
Tingkat paparan trauma yaitu sejarah kekerasan seksual masa kecil.
Terjadi pada Chalie saat usianya antara 9-11 tahun oleh bibinya sendiri.
·
Tingkat keparahan trauma yaitu kerentanan
genetik, rendahnya dukungan sosial karena ia introvert dan antisosial,
rendahnya respons coping aktif dalam mengahadapi stressor traumatis, perasaan
malu dan kurang percaya diri sehingga kurang berpartisipasi dalam segala hal
sosial, dan merasa mati rasa.
D. Kesimpulan
Dari
analisis teori diketahui bahwa Charlie kemungkinan besar mengalami PTSD dan
baru diketahui saat puncaknya ia berpisah dengan Sam dan saat dirumah merasa
kacau kemudian pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Disana ia ditangani oleh
psikolog atau psikiater secara bertahap. Kemudian setelah beberapa waktu Sam
dan Patrick datang menjenguk Charlie yang sudah membaik. Terapi penanganan
pelatihan kemampuan manajemen stres, seperti relaksasi diri, juga dapat
meningkatkan kemampuan klien untuk mengatasi simtom PTSD, seperti peningkatan
stimulus dan keinginan untuk melarikan diri dari stimulus terkait trauma.
Kemudian di malam hari Charlie keluar dari rumah sakit dengan perasaan lega,
Sam dan Patrick mengajaknya naik mobil dan melewati terowongan yang memiliki
view gedung-gedung tinggi dan berwarna-warni karena lampu yang merupakan tempat
favorit Sam untuk berdiri bagian belakang mobil sambil meregangkan tangan dan
merasakan indahnya kehidupan yang bebas. Charlie yang awalnya ragu untuk
berdiri akhirnya berhasil melakukan kebiasaan Sam tersebut. Dengan perasaan
lega, bebas dan tidak mati rasa Charlie berdiri. Happy ending.
0 komentar:
Posting Komentar