Pages

Labels

alam (6) animals (5) cartoon (2) ilmiah (12) indonesia (5) islam (8) karyaku (5) kesehatan (2) kuliner (15) musik (5) pelajaran (5) psikologi (6) sastra (4) sports (4) world (4)

Rabu, 01 Juli 2020

ANALISIS GANGGUAN TERKAIT STRES DALAM FILM “THE PERK OF BEING A WALLFLOWER”


A.   Sinopsis film
                            Charlie adalah remaja yang semasa kecil hingga sekolah menengahnya menjadi siswa yang di bully dan tidak memiliki teman sama sekali. Ia senang menuliskan segala ceritanya dan bertujuan untuk temannya yang anonim. Ketika mulai memasuki sekolah tinggi ia bertekad untuk berubah agar memiliki teman. Ia menghitung ada 1385 hari waktu untuknya memulai hidup baru. Namun pada hari pertama masuk, ternyata ia juga dibully oleh teman yang bahkan belum mengenalnya. Pada kelas kesenian ada siswa senior yang bernama Patrick yang bertingkah menirukan gurunya kemudian ditanya oleh gurunya ia menjawab nothing, sejak saat itu benyak siswa lain yang memanggilnya nothing. Patrick adalah siswa senior yang tidak menganggap batasan antara senior junior sehingga ia berperilaku sama terhadap semua siswa. Pada kelas akhir adalah pelajaran bahasa inggris, Charlie menulis jawaban dari pertanyaan gurunya Mr. Anderson namun tidak berani mengangkat tangan untuk menjawab/berpartisipasi. Mr. Anderson yang menjelaskan sembari berjalan-jalan mengerti bahwa Charlie mampu namun tidak memiliki sikap untuk berpartisipasi. Ketika kelas selesai Charlie pun dibully lagi. ia menganggapnya itu biasa dan masih ada 1384 hari lagi untuknya merasakan hal itu.
                            Suatu saat ada pertandingan softball Charlie menonton dan ingin menghampiri Patrick setidaknya untuk berkenalan, kemudian Sam datang, ia adalah sudara tiri Patrick. Mereka menonton pertandingan bersama kemudian mengantar Charlie pulang, sejak saat itu mereka berteman. Pada suatu saat Sam dan Patrick mengajak Charlie unuk pergi ke pesta dan mulai mengenal dunia luar, kemudian berteman dengan Alice, Bob, Mary Elizabeth. Dari inilah perjalanan kehidupan Charlie dimulai. Ia mulai mengenal teman, sahabat, cinta, perngorbanan dan berlajar untuk berpartisipasi.
                            Hari demi hari berlalu, dari lika-liku kehidupan pertemanan mereka, dan beberapa peristiwa yang berkesan bagi Charlie. Sam dan Patrick adalah sahabat yang sangat berpengaruh pada kehidupan remaja Charlie. Lalu tibalah saatnya mereka, teman senior Charlie lulus dan melanjutkan perguruan tinggi. Perpisahan sangat dirasakan Charlie apalagi dengan Sam wanita pertama yang ia cintai yang diterima di Pen State University yang jauh dari kotanya. Karena tekanan dan perasaan luka dari perpisahan itu menjadi stimulus bagi Charlie mengingat luka-luka masa lalunya kemudian ia pingsan. Setelah dibawa kerumah sakit dan diperiksa terapi oleh psikolog   diketahui bahwa Charlie memiliki pengalaman traumatis sejak kecil yang menjadikannya terjebak dalam PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).
                           
B.   Masalah utama dalam film
                            Charlie remaja introvert yang sangat-sangat pendiam dan tidak berani berpartisipasi dalam apapun. Rasa dibully adalah hal biasa baginya sehingga tidak ada respon. Saat merasakan luka ia teringat pengalaman traumatisnya saat kecil, yaitu dilecehkan oleh bibinya sendiri Helen, saat itu adalah malam natal yang juga hari ulang tahun Charlie, bibi Helen kemudian pergi untuk membelikan kado namun terjadi kecelakaan hingga menewaskannya. Charlie merasa bersalah dan menganggap bibinya Helen yang ia sayangi meninggal karenanya. Bibi Helen bertindak melecehkan ponakannya karena ada masalah dengan suaminya, walaupun begitu sebenarnya Helen adalah orang yang baik dan Charlie menyayanginya. Setiap natal hingga ia remaja ia selalu mengingat kejadian itu, dalam artian tidak bisa move on. Perasaan menyesal dan menganggap bahwa ia yang membunuh bibinya sendiri selalu menjadi bayang-bayang. Setelah beberapa kenal dan bersahabat dengan Sam, Charlie mengetahui bahwa Sam juga memiliki pengalaman traumatis yang sama yaitu dilecehkan saat kecil, namun Sam dilecehkan oleh bos dari ayahnya saat usia 11 tahun. Sejak saat itu Sam menganggap bahwa dirinya adalah buangan yang tidak berarti apa-apa, ia merasa hanya orang yang memiliki kepentingan saja yang mau dengan dia. Traumatis itu menjadikan dia berkarakter sangat ekstrovert dan juga liar dengan hal yang berhubungan dengan seksual. Kesamaan trauma antara Sam dan Charlie menjadikan mereka dekat dan saling perhatian,  Sam juga lah yang awal mula mengajak Charlie bersahabat karena tau bahwa ia memiliki trauma juga yang mengerikan yaitu sahabatnya ketika sekilah menengah menembak diri sendiri dan kemudia tewas didepan mata Charlie, sepertinya hal itulah yang membuat Charlie takut untuk berteman. Peristiwa luka yang menjadi puncak dari gangguan traumatis Charlie adalah saat berpisah dengan Sam yang berangkat untuk menempuh perguruan tinggi, sahabat sekaligus cinta pertamanya itu sangat berarti sehingga saat berpisah memberikan patah hati dan luka sangat mendalam bagi Charlie.
C.   Analisis teori
                       Charlie yang mengalami peristiwa traumatis pada waktu kecil mengakibatkan pertumbuhan kepribadian dan tingkah lakunya sedikit berbeda dengan anak lain biasanya, misalnya anti sosial, kurang percaya diri, sulit berpartisipasi, dan introvert, juga rasa bersalah atas kematian bibi Helen. Hal-hal tersebut ia lakukan secara tak sadar dan ia juga tidak tau apa penyebabnya, ia hanya membatasi atau menahan diri dari hal-hal yang bisa mengingatkannya dengan peristiwa traumatis itu. Ditambah lagi dengan pengalaman pertemanannya ketika sekolah menengah, temannya menembak diri sendiri dan tewas didepan mata Charlie. Hal itu selalu membayangi Charlie, sehingga ia menahan diri untuk berteman karena takut peristiwa itu terulang kembali. Karena peristiwa-peristiwa itu Charlie mengalami gangguan stres traumatis yang kemudian berkembang menjadi gangguan stres akut dengan ciri ;
·         Yang pertama adalah berperilaku menghindar, dia menjadi anti sosial dan introvert karena menghindari adanya pengalaman luka yang ditakutkan mengingatkannya pada trauma yang lalu.
·         Yang kedua adalah mengalami kembali peristiwa traumatis dalam bentuk ingatan, mimpi buruk terus-menerus atau kilas balik sesaat mengenai lokasi ketika peristiwa itu terjadi. Charlie selalu mengalami ingatan dan kilas balik saat malam natal tepat pada ketika bibi Helen pergi akan beli kado. Tempat didepan teras rumah dan dipojok tumpukan salju itu sangat mengingatkan Charlie.
·         Yang ketiga adalah distres emosional, pikiran negatif, dan gangguan fungsi. Individu mungkin akan terus mengalami pikiran dan emosi negatif, merasa terasingkan serta tidak terhubung dengan lingkungan sekitar, atau kesulitan berfungsi secara efektif, hal ini sangat dirasakan Charlie dalam hari-harinya pasca trauma itu terjadi dan diperkuat oleh trauma saat teman satu-satunya bunuh diri dan tewas didepan matanya.
·         Yang keempat adalah mudah terpicu, Charlie menunjukkan tanda-tanda peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan seperti menjadi selalu waspada, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi, mudah marah dan menunjukkan respons berlebihan contohnya pada saat sahabatnya Patrick dikeroyok di kantin oleh teman-teman dari mantan pacarnya yaitu Brad. Charlie kehilangan kontrol karena melihat orang terdekatnya dipukuli, lantas ia langsung membela dan memberi kapok pada teman-teman Brad hingga ketakutan, bahkan sampai jari-jarinya merah lebam karena memukuli teman Brad.
·         Yang kelima adalah kebas emosi yaitu merasa dirinya mati rasa dan kehilangan kemampuan untuk merasakan kasih sayang dan cinta. Hal ini sangat dirasakan Charlie, ia sama sekali tidak pernah merasa disayangi dan dicintai oleh orang lain misalnya teman atau pacar. Hanya keluarganya lah yang ia miliki.
Dari beberapa ciri tadi diketahui bahwa Charlie mengidap gangguan stres akut yang kemudian berkembang menjadi PTSD karena trauma yang ia alami adalah pernah dilecehkan dan menyaksikan kematian. Dengan faktor prediksi PTSD pada penderita trauma antara lain sebagai berikut ;
·         Tingkat paparan trauma  yaitu sejarah kekerasan seksual masa kecil. Terjadi pada Chalie saat usianya antara 9-11 tahun oleh bibinya sendiri.
·         Tingkat keparahan trauma yaitu kerentanan genetik, rendahnya dukungan sosial karena ia introvert dan antisosial, rendahnya respons coping aktif dalam mengahadapi stressor traumatis, perasaan malu dan kurang percaya diri sehingga kurang berpartisipasi dalam segala hal sosial, dan merasa mati rasa.
D.    Kesimpulan
                            Dari analisis teori diketahui bahwa Charlie kemungkinan besar mengalami PTSD dan baru diketahui saat puncaknya ia berpisah dengan Sam dan saat dirumah merasa kacau kemudian pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Disana ia ditangani oleh psikolog atau psikiater secara bertahap. Kemudian setelah beberapa waktu Sam dan Patrick datang menjenguk Charlie yang sudah membaik. Terapi penanganan pelatihan kemampuan manajemen stres, seperti relaksasi diri, juga dapat meningkatkan kemampuan klien untuk mengatasi simtom PTSD, seperti peningkatan stimulus dan keinginan untuk melarikan diri dari stimulus terkait trauma. Kemudian di malam hari Charlie keluar dari rumah sakit dengan perasaan lega, Sam dan Patrick mengajaknya naik mobil dan melewati terowongan yang memiliki view gedung-gedung tinggi dan berwarna-warni karena lampu yang merupakan tempat favorit Sam untuk berdiri bagian belakang mobil sambil meregangkan tangan dan merasakan indahnya kehidupan yang bebas. Charlie yang awalnya ragu untuk berdiri akhirnya berhasil melakukan kebiasaan Sam tersebut. Dengan perasaan lega, bebas dan tidak mati rasa Charlie berdiri. Happy ending.

0 komentar:

Posting Komentar